Humas IAIN Parepare--- Pasca transformasi STAIN menjadi IAIN Parepare, berbagai program terobosan terus digalakkan dan dilaksanakan oleh masing-masing unit kerja dalam lingkup IAIN Parepare. Salah satunya, program studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, yang disingkat TIPS. Selasa malam, 19/3/2019 Program studi pada Fakultas Tarbiyah ini mengelar program intensifikasi kajian Keislaman di Mushallah Kampus.
Ketua Program Studi TIPS, Ahdar Jamaluddin menyampaikan, Kajian Keislaman ini merupakan kegiatan rutin yang akan dilaksanakan setiap 2 kali dalam sebulan. Sebagai program kerja Prodi TIPS yang diperuntukkan bagi mahasiswa, maka kegiatan ini bersifat wajib diikuiti oleh seluruh mahasiswa IPS yang ada pada setiap tingkatan.
"Program intensifikasi kajian Keislaman ini, sengaja diprogramkan secara intensif sebagai upaya pendalaman pengetahuan Keislaman kepada para mahasiswa TIPS" ujar Ahdar.
Dalam pandangannya, mahasiswa perlu diberikan kajian Keislaman diluar perkuliahan karena latar belakang dan kedalaman pengetahuan agama Islam yang dimiliki mahasiswa berbeda dan pada umumnya, masih banyak yang memiliki pengetahuan agama di bawah rata-rata. "Mahasiswa kita, bukan hanya datang dari pesantren atau madrasah tetapi banyak juga yang lulusan SMU dan SMK, yang tentu saja pemahaman keagamaannya masih sangat rendah. Mata kuliah agama yang diberikan pada perkuliahan memerlukan follow up diluar perkuliahan agar mahasiswa, khususnya yang dari sekolah umum mampu memahami ajaran-ajaran Islam secara komprehensif.
Upaya program intensifikasi kajian Keislaman ini, juga diyakini mampu mengkanalisasi mahasiswa dari pemikiran-pemikiran ekstrim, baik ekstrim kanan atau pun kiri. "Kampus kita ini sedang digempur dari pemahaman-pemahaman radikal, baik radikal kiri atau pun radikal kanan. Kajian mereka sangat berkembang di kalangan mahasiswa. Kalau kajian mereka tidak diimbangi dengan kajian-kajian Keislaman yang intensif seperti yang digagas Ketua Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial ini, maka saya khawatir mahasiswa kita memilih alternatif kajian yang ekstrim" ujar Herman, salah seorang civitas kampus yang berada di Mushallah ketika dimintai tanggapannya terkait kajian ini.
Pada kajian perdana ini, Ketua Prodi TIPS menghadirkan Pakar Pendidikan Islam, Dr. Abd. Khalik, M.Pd.I, yang juga Sekretaris Umum Dewan Pendidikan Kota Parepre. Dalam kajiannya, Abd. Khalik memetakan sejarah perkembangan Islam, mulai ketika kemunculan dan berkembangannya di Mekkah dan Madinah, sampai masuknya Islam di nusantara. Sejarah Islam ini, kemudian ditinjau dalam perspektif sosial antropolgi. Menurutnya karakteristik umat Islam sangat dipengaruhi oleh kondisi demografi dimana Islam tumbuh dan berkembangan. "Awal kemunculan Islam itu berada di kota Jazirah Arab, yaitu kota Mekkah dan kota Madinah. Kedua kota ini merupakan kota yang sangat maju pada masanya dan menjadi pusat peradaban. Pada mulanya, Islam ditolak oleh para kaum bangsawan yang berkuasa, tetapi pada akhir Islam diterima dan berkembang dengan sangat pesat di kedua kota besar ini, hanya dalam kurun waktu sekitar 23 tahun" urai Abd. Khalik.
Abd. Khalik memaparkan, perkembangan Islam di kota-kota memberikan pengaruh tersendiri bagi tipologi dan karakteristik umat Islam. Tantangan kehidupan kota menjadikan Umat Islam menjadi umat yang kuat, progresif dan penuh daya juang yang tinggi. Kita sebagai mahasiswa Islam, harus bisa mengadopsi karakteristik umat Islam ini, khususnya dalam menjalani proses perkuliahan. Jangan menjadi mahasiswa yang malas, apatis dan bermental kerupuk.
Kajian Khaliq ini relevan dengan hasil riset dan pemikiran Clifford Greerts yang mengkaji sosial antropologi Islam di Jawa melalui risetnya yang berjudul "The Religion of Java" dan diterjamahkan dalam bentuk buku berjudul "Abangan, Santri, Priyai dalam masyarakat Jawa. Kajian yang diikuti puluhan mahasiswa Prodi TIPS ini berakhir larut malam, karena peserta cukup antusias dan bersemangat. (s.s)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar