TEMPO.CO, Jakarta - Sandiaga Uno, calon wakil presiden nomor urut 02, dikabarkan sakit sejak pemilihan umum atau pemilu berlangsung, Rabu, 17 April 2019. Kondisi itu membuat ia tidak dapat menghadiri beberapa acara yang digelar calon presiden Prabowo Subianto. Meski disebut sudah membaik, ia belum bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
Baca: Cegukan seperti Sandiaga Uno? Cek Penyebab dan Cara Mengatasinya
Merasa belum sepenuhnya pulih, Sandiaga Uno pun menjalani pemeriksaan kesehatan. Hal itu diketahui dari unggahannya di akun Instagram ada Jumat, 19 April 2019. Ia memasang foto sedang duduk di sofa, mengenakan baju putih dan sarung hitam bercorak cokelat muda. Seorang laki-laki berdiri setengah membungkuk di depannya. Dari hasil pemeriksaan, Sandi disarankan harus istirahat dan menjalani tes darah.
“Baru saja saya menjalani cek kesehatan oleh dengan Kartariadi Gandadinata, dan hasilnya saya masih harus istirahat dan disarankan untuk cek darah esok hari. Buat teman-teman yang biasanya ikut berlari pagi dan main basket di akhir pekan, saya terpaksa harus absen dulu hingga diperbolehkan oleh dokter,” tulis dia.
Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita pasien. Dikutip dari The Conversation, darah ibarat jendela untuk mengintip kesehatan seseorang atau penyakit yang sedang dideritanya. Dalam sekitar dua sendok makan darah, ada banyak hal yang bisa diketahui tentang kesehatan seseorang.
Karen Dwyer, Deputy Head, School of Medicine, Deakin University, Australia, mengatakan bahwa jika pasien belum diketahui penyakitnya, mereka akan disarankan menjalani tes darah lengkap yang merinci jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, dan trombosit, dan elektrolit. “Dari tes ini kita dapat menentukan hal-hal seperti adanya anemia, infeksi, gagal ginjal, dan penyakit hati,” kata dia.
Seringkali hasil tes ini akan memicu pengujian lebih lanjut. Misalnya, jika anemia akan disarankan tes kecukupan zat besi, vitamin B12 dan folat, penyaringan untuk hemolisis, dan kondisi sumsum tulang.
Kandungan elektrolit dalam darah dapat menginformasikan kondisi ginjal dan hati pasien. Bersama dengan tes urin, elektrolit darah dapat mengukur penyakit ginjal seseorang dari tahap satu hingga lima. “Ketika fungsi ginjal menurun, kadar kalium meningkat dalam darah dan dapat mencapai tingkat berbahaya. Jumlah potassium yang tinggi dapat menyebabkan aritmia jantung yang fatal,” ujar Karen.
Jika ada indikasi kelainan fungsi hati, akan dilakukan tes lanjutan untuk batu empedu atau hepatitis. “Penyebab virus hepatitis, seperti Hepatitis B dan C, dapat dengan cepat diperiksa dalam darah,” ujarnya.
Pemeriksaan darah tahap lanjut bisa mendeteksi penyakit yang lebih spesifik, seperti kanker, HIV, bahkan depresi.
Baca: Makna Dukungan Keluarga Bagi Jokowi dan Sandiaga Uno
THE CONVERSATION | INSTAGRAM
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar